Jumat, 04 Desember 2015

Laporan Jagung Komposit dan jagung hibrida

Laporan Praktikum
Pemuliaan Tanaman
PRAKTIKUM LAPANG
KUNJUNGAN KE KEBUN PERCOBAAN BAJENG
U N H A S.jpg
Disusun Oleh
Nama          : Ima Rahima Hidayati
Nim            : G111 14 324
Kelas          : Pemuliaan Tanaman C
Asisten       : Feyrisha Nugrani T
                     Muh. Naim


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering.
Usaha peningkatan produktivitas jagung di dalam negeri perlu dilakukan dengan berbagai cara seperti penggunaan varietas unggul, pemupukan, dan pengaturan jarak tanam yang baik. Varietas sangat perlu di perhatikan untuk menunjang peningkatan produksi tanaman jagung. Selain varietas upaya lain yang dapaat diterapkan untuk meningkatkan produksi tanaman jagung di antaranya memperluas areal penanaman. Bila berhasil menambah areal baru sampai ratusan ribu hektar per tahun maka akan terjadi lonjakan produksi jagung secara nyata dalam tingkat nasional.
Di Indonesia terdapat dua jenis varietas jagung yang berkembang di tingkat petani. Varietas tersebut adalah jagung komposit (bersari bebas) dan hibrida. Jagung bersari bebas yaitu hasil perkawinan silang tunggal atau perkawinan tunggal penghasil varietas yang memiliki hasil tertinggi. Sedangkan jagung hibrida merupakan perkawinan antara dua atau lebih induk yang mempunyai keunggulan, yang merupakan generasi pertamahasil persilangan antara tetua (induk) berupa galur murni, galur harapan atau bersari bebas.
Secara umum, jagung hibrida memberikan peluang hasil lebih tinggi dibandingkan jagung komposit. Namun jagung hibrida hasil produksi berikutnya tidak dapat ditanam lagi sebagai sumber benih. Sedangkan jagung komposit produksi berikutnya dapat digunakan lagi sebagai sumber benih.
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum lapang pemuliaan tanaman adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui cara budidaya tanaman jagung yang baik dan benar
2.    Mengetahui perbedaan antara jagung komposit dan jagung hibrida
3.    Mengetahui prosedur kerja pembentukan jagung komposit dan jagung hibrida
Kegunaan dari praktikum lapang pemuliaan tanaman adalah sebagai bahan informasi untuk praktikan agar dapat membedakan antara jagung komposit dan jagung hibrida.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teknik Budidaya Tanaman Jagung
Menurut Mubarakkan (2012) kegiatan pokok teknik budidaya tanaman jagung meliputi:
1.        Pembibitan
a)        Persyaratan Benih
Benih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih bersertifikat. Pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih. Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Tetapi jagung hibrida mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan varietas bersari bebas yaitu harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapatdigunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas.
b)        Penyiapan Benih
Benih dapat diperoleh dari penanaman sendiri yang dipilih dari beberapa tanaman jagung yang sehat pertumbuhannya. Dari tanaman terpilih, diambil yang tongkolnya besar, barisan biji lurus dan penuh tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama penyakit.

c)        Pemindahan Benih
Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti Benlate, terutama apabila diduga akan ada serangan jamur. Sedangkan bila diduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik seperti Furadan 3 G.
2.        Pengolahan Media Tanam
Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah.
a)        Persiapan
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan.
b)        Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan cara pencangkulan dan pengolahan tanah.



c)         Pembentukan Bedengan
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
d)        Pemupukan Saat Pemeliharaan
Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap.
3.        Teknik Penanaman
a)        Penentuan Pola Tanaman
Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi). Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut:
a.         Tumpang sari (Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda).
b.        Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan yang maksimum.
c.         Tanaman Bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan cara menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok.
d.        Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya.
b)        Pembuatan Lubang Tanam
Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas. Jagung berumur dalam/panjang dengan waktu panen ε 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Sedangkan jagung berumur pendek (panen < 80 hari), jarak tanamnya 20x50 cm (1 tanaman/lubang).
c)        Cara Penanaman
Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat juga digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman. Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir benih per lubang.

4.        Pemeliharaan
a)        Penjarangan dan Penyulaman
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.
b)        Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali.
c)        Pembubunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar di atas permukaan tanah karena adanya aerasi.
d)       Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
e)        Waktu Penyemprotan Pestisida
Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat membahayakan proses produksi jagung. Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.
2.2 Deskripsi
2.2.1 Komposit
       Varietas jagung komposit diperoleh melalui serangkaian penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan varietas unggul sesuai dengan sifat-sifat yang diinginkan, seperti potensi hasil tinggi, umur genjah, tahan terhadap tekanan biotik dan abiotik. Jagung komposit ini dapat dibudidayakan pada lingkungan tumbuh yang beragam dan sekitar 80% diantaranya ditanami varietas unggul yang terdiri atas 56% jagung komposit (bersari bebas) dan 24% hibrida, sedang sisanya varietas lokal, sehingga dari data tersebut sebahagian besar petani masih menggunakan benih jagung bersari bebas (Iriany, dkk, 2011).
Pembentukan varietas komposit dilakukan dengan seleksi saudara kandung (full-sib), saudara tiri (half-sib), dan persilangan dalam (selfing). Contoh varietas jagung komposit adalah bogor harapan, Bisma, bogor composit 2, BBMR 4, dan wonosobo (Christina Putri, 2014).
Varietas komposit dibentuk dari galur, populasi, dan atau varietas yang tidak dilakukan uji daya gabung terlebih dahulu. Sebagian bahan untuk pembentukan komposit berasal dari galur dan varietas. Varietas atau hibirida dapat dimasukkan ke dalam komposit yang telah ada (Iriany, 2011).
Tahapan pembentukan komposit adalah sebagai berikut: (a) masing-masing bahan penyusun digunakan sebagai induk betina, (b) induk jantannya campuran dari sebagian atau seluruh bahan penyusun, dan (c) diadakan seleksi dari generasi ke generasi (Iriany, 2011).
Tanaman jagung termasuk tanaman menyerbuk silang dan peluang menyerbuk sendiri kurang dari 5%, sehingga tanaman mendapat serbuk sari dari tanaman jagung yang ada di sekitarnya. Tepung sari dapat diterbangkan sampai ratusan meter, bergantung pada kecepatan angin. Karakteristik ini membuka peluang bagi tanaman jagung untuk dapat membentuk komposit atau sintetik dari plasma nutfah terpilih. Varietas Arjuna yang berasal dari Thai Composite Early DMR merupakan campuran dari 37 plasma nutfah yang tersebar dari beberapa kontinen. Bogor Pool 4 merupakan komposit dari plasma nutfah umur dalam yang disilangkan dengan Suwan 1. Bogor Pool 4 adalah sumber populasi dari varietas Kalingga dan Bisma. Plasma nutfah bahan penyusun komposit mempunyai karakter yang berbeda dalam banyak hal, seperti warna rambut (merah, pink, dan putih). Demikian pula warna anther, sehingga dapat dimengerti bahwa varietas komposit nampak tidak seragam. Jagung komposit dan sintetik dapat digunakan sebagai populasi dasar dalam pembentukan varietas baru. Keragaman jagung komposit genetik lebih luas daripada jagung sintetik (Iriany Neni, 2009).
Menurut Balai Penelitian Tanaman Serealia (2010) salah satu jenis jagung komposit adalah varietas jagung Bisma. Adapun deskripsi dari varietas jagung komposit Bisma yaitu:

Tanggal dilepas           : 4 September 1995
Asal                            : Persilangan Pool 4 dengan bahan introduksi disertai seleksi massa selama 5 generasi
Umur                           : 50% keluar rambut : + 60 hari Panen : + 96 hari
 Batang                        : Tegap, tinggi sedang (+ 190 cm)
Daun                           : Panjang dan lebar
Warna daun                 : Hijau tua Perakaran : Baik
Kerebahan                   : Tahan rebah
 Tongkol                      : Besar dan silindris
Kedudukan tongkol    : Kurang lebih di tengah-tengah batang
 Kelobot                      : Menutup tongkol dengan cukup baik (+ 95%)
Tipe biji                       : Semi mutiara (semi flint)
Warna biji                    : Kuning
Baris biji                      : Lurus dan rapat
Jumlah baris/tongkol   : 12 - 18 baris
Bobot 1000 biji           : + 307 g
Warna janggel             : Kebanyakan putih (+ 98 cm)
Rata-rata hasil             : + 5,7 t/ha pipilan kering
Potensi hasil                : 7,0 - 7,5 t/ha pipilan kering
Ketahanan                   : Tahan penyakit karat dan bercak daun
Keterangan                  : Baik untuk dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.
Pemulia                       : Subandi, Rudy Setyono, A. Sudjana, dan Hadiatmi.

2.2.2 Hibrida
       Varietas hibrida merupakan generasi pertama hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida. Varietas hibrida dapat dibentuk pada tanaman menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Jagung merupakan tanaman pertama yang dibentuk menghasilkan varietas hibrida secara komersial, dan telah berkembang di Amerika Serikat sejak 1930-an (Hallauer and Miranda 1987 dalam Faesal, 2013).
Pemanfaatan plasma nutfah untuk menghasilkan jagung hibrida belum intensif. Sistem produksi benih hibrida yang sangat komplek dan petani juga harus membeli benih dengan harga yang mahal untuk setiap kali tanam juga merupakan salah satu faktor penghambat pengembangan jagung hibrida pada periode 1950-1980-an. Oleh karena itu, pemuliaan jagung lebih banyak diarahkan pada pembentukan varietas bersari bebas. Sejak akhir 1980-an pemerintah memberikan perhatian yang terhadap pengembangan jagung hibrida. Beberapa jagung hibrida yang dihasilkan oleh swasta telah berkembang di lahan petani. Pada tahun 1992, Badan Litbang Pertanian melepas jagung hibrida varietas Semar-1 (Subandi, 1987 dalam Zuraida Nani, 2009).
Hibrida di buat dengan mempersilangkan dua inbrida yang unggul. Karena itu pembuatan inbrid unggul merupakan langkah pertama pembuatan hibrida. Varietas hibrida memberikan hasil yang lebih tinggi daripada varietas bersari bebas karena hibrida menggabungkan gen-gen dominan karakter yang diinginkan dari galur penyusunnya, dan hibrida mampu memanfaatkan gen aditif dan non aditif. Varietas hibrida memberikan keuntungan yang lebih tinggi bila di tanam pada lahan produktivitas tinggi (Kartasapoetra, 1988 dalam Pahlevie, 2009).
Produktivitas varietas unggul jagung masing-masing ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan tumbuh. Varietas Bima-4 mempunyai potensi hasil sangat tinggi dan stay green, varietas ini memiliki biomasa yang tinggi selain dapat dipanen untuk menghasilkan biji sebagai pakan ternak ayam, juga dapat digunakan baik sebagai pakan hijauan maupun untuk silage melaui fermentasi. Varietas Bima-5 dan Bima-6 memiliki stay green dengan potensi hasil dapat mencapai 11 t ha-1 dan umur masak fisiologis 104 hari (Permadi, 2014).
            Dengan demikian, jagung hibrida tersebut mempunyai peluang untuk dikembangkan di wilayah kurang subur atau dengan input kurang optimal. Varietas Bima-19, mempunyai potensi hasil tinggi, toleran kekeringan, tahan rebah akar dan batang serta dianjurkan tanam pada musimkemarau di lahan sawah atau lahan kering (Balitserelia, 2010).
2.2.2.1 Bima 4
            Menurut Balai Penelitian Tanaman Serealia (2010) deskripsi varietas jagung Bima-4 adalah sebagai berikut:
Tanggal dilepas           : 31 Oktober 2008
Asal                            : G 180/Mr14, G 180 dikembangkan dari populasi  P5/GM25 Mr-14. Nei 9008 dikembangkan dari populasi Suwan 3
Umur                           : Berumur dalam
50% keluar pollen       : + 59 hari
50% keluar rambut      : + 57 hari
Masak fisiologis          : + 102 hari
Batang                         : Sedang dan tegap Warna batang : Hijau
Tinggi tanaman           : + 212 cm
Jumlah daun                : –
Keragaman tanaman   : Seragam
Perakaran                    : Sangat baik
Bentuk malai               : Kompak
Warna malai                : Krem
Warna sekam               : -
Warna anthera             : Krem
Warna rambut             : Krem
Tongkol                       : Besar dan panjang (+ 20 cm)
Bentuk tongkol           : Silindris
Kedudukan tongkol    : + 116 cm
Tipe biji                       : Mutiara (flint)
Baris biji                      : Lurus
Warna biji                    : Jingga
Jumlah baris/tongkol   : 12 – 14 baris
Bobot 1000 biji           : + 265,6 g
Rata-rata hasil             : 9,6 t/ha pipilan kering
Potensi hasil                : 11,7 t/ha pipilan kering
Kandungan karbohidrat: 52,87%
Kandungan protein     : 13,02%
Kandungan lemak       : 4,87%
Ketahanan                   : Peka bulai, tahan terhadap penyakit karat dan bercak daun
Keunggulan                  : Cepat panen, hasil panen tinggi tidak mudah rontok,l umur berbunga lebih cepat
Keterangan                  : Adaptasi luas
Pemulia                       : Awaluddin Hipi, Andi Haris, Andi Tenri Rawe
Teknisi                         : Sampara, Arifuddin, Fransikus Misi, Stepanus Misi,            Usman, Yosepina, M. Rasyid Ridho
Pengusul                      : Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
2.2.2.2 Bima-5
Menurut Balai Penelitian Tanaman Serealia (2010) deskripsi varietas jagung Bima-5 adalah sebagai berikut:
Tanggal dilepas           : 31 Oktober 2008
Asal                             : G 180/Mr14, G 193 dikembangkan dari populasi P5/GM25 Mr-14. Nei 9008 dikembangkan dari populasi Suwan 3
Umur                           : Berumur dalam
50% keluar pollen : + 60 hari
50% keluar rambut : + 58 hari
Masak fisiologis          : + 103 hari
Batang                         : Sedang dan tegap
Warna batang              : Hijau
Tinggi tanaman           : + 204 cm
Jumlah daun                : –
Keragaman tanaman               : Seragam
Perakaran                                : Sangat baik
Bentuk malai                           : Kompak
Warna malai                            : Krem
Warna sekam                           : krem
Warna anthera                         : Krem
Warna rambut                         : Krem
Tongkol                                   : Besar dan panjang (+ 18,2 cm)
Bentuk tongkol                       : Silindris
Kedudukan tongkol                : + 115 cm
Kelobot                                   : Menutup dengan baik
Tipe biji                                   : Setengah mutiara (Semi flint)
Baris biji                                  : Lurus Warna biji : Jingga
Jumlah baris/tongkol               : 12 – 14 baris
Bobot 1000 biji                       : + 270 g
Rata-rata hasil                         : 9,3 t/ha pipilan kering
Potensi hasil                            : 11,4 t/ha pipilan kering
Kandungan karbohidrat          : 59,07%
Kandungan protein                 : 11,09%
Kandungan lemak                   : 4,13%
Ketahanan                               : Peka bulai, tahan terhadap penyakit karat dan bercak daun
Keunggulan                             : Potensi hasil tinggi, stay green
Keterangan                              : Adaptasi luas
Peneliti                                    : Awaluddin Hipi, Andi Haris, Andi Tenri Rawe, Surtikanti, Syahrir Pakki, Said Kontong
Teknisi                                     : Sampara, Arifuddin, Fransikus Misi, Stepanus Misi, Usman, Yosepina, M. Rasyid Ridho
Pengusul                                  : Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
2.2.2.3 Bima-19
Menurut Balai Penelitian Tanaman Serealia (2015) deskripsi varietas jagung Bima-19 adalah sebagai berikut:
Tanaman                      : golongan hibrida silang tiga jalur (Three Way Cross)
Umur                           : Berumur sedang
Umur 50% keluar pollen : ±56 hst
Umur 50% keluar rambut ±58 hst
Umur masak fisiologis : ±102 hst,
Tinggi                          : ±213 cm,
Keseragaman tanaman: seragam, tahan rebah, perakaran kuat
Batang                         : bentuk bulat, warna hijau
Tongkol                       : tinggi ±108 cm
Penutupan tongkol      : menutup agak ketat
Daun                           : lebar dan semi tegak, warna hijau
Bentuk malai               : kerapatan bulir jarang dengan tipe percabangan yang agak bengkok
Warna sekam (glume) : hijau dengan antosianin sangat ringan
Warna malai (anther)   : kuning muda dengan semburan jingga (orange)
Warna rambut (silk)    : hijau kekuningan (Green Yellow)
Tipe biji                       : semi mutiara (semi flint) , warna kuning jingga (Yellow Orange)
Jumlah baris biji per tongkol : 14- 16 baris,
Bobot 1000 butir         : ±343 gram;
Sifat-sifat Khusus       : potensi hasil tinggi (12,5 ton/ha pipilan kering pada KA 15%),
Rata-rata hasil             : ±9,3 ton/ha pipilan kering pada KA 15%,
Kandungan karbohidrat : ±58,60%,
Kandungan protein     : ±15,41%,
Kandungan lemak       : ±11,98%,
Ketahanan terhadap hama      : tahan terhadap penyakit bulai (Peronosclerospora maydis) , penyakit karat daun (Puccinia sorghi) , dan penyakit hawar daun (Helminthosporium maydis) , toleran kekeringan, tahan tebah akar dan batang, dianjurkan ditanam pada musim kemarau di lahan sawah atau lahan kering.
Pemulia                       : Muhammad Azrai, A. Takdir Makkulawu, R. Neni Iriany, Aviv Andriani, Muzdalifah Isnaini, Roy Effendy, M. Idiris, Sampara
Pengusul                      : Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

BAB III
METODOLOGI
3.1    Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 November 2015 pukul 09.30-12.00 WITA di Kebun Percobaan Bajeng, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Makassar.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu jagung komposit yang terdiri dari jagung Bisma dan jagung manis serta jagung hibrida terdiri dari Bima-4, Bima-5, dan Bima-19. Adapun alat yang digunakan yaitu kamera serta alat tulis-menulis.
3.3 Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan dalam praktikum ini antara lain :
1.    Mengamati beberapa varietas jagung hibrida yaitu Bima-4, Bima-5, dan Bima-19 serta jagung komposit yaitu Bisma dan jagung manis
2.    Mengamati tetua jantan dan tetua betina dari jagung hibrida dan jagung komposit
3.    Mengambil gambar tetua jantan dan tetua betina dari varietas jagung hibrida dan komposit




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil
A.  Varietas Jagung Hibrida


1.        Bima-19                                                   2. Bima-4
1449168387404.jpg20151204024025.jpg     









Sumber data: diolah tahun 2015                    
3.      20151204063008.jpgBima-5






Sumber data: Diolah Tahun 2015

B.       Varietas Jagung Komposit
1.        1449168494820.jpgBisma
1449168496834.jpg






Tetua Jantan                                                    Tetua Betina
2.        1449168499616.jpgJagung Manis













Tetua Jantan dan Tetua Betina






4.2    Pembahasan
Pada praktikum lapang pengamatan yang dilakukan yaitu membedakan antara varietas jagung komposit dan hibrida. Kemudian dibedakan antara asal tetua jantan dan betina beberapa varietas tersebut. Adapun varietas jagung komposit yang diamati di lapangan yaitu varietas Bisma dan jagung manis. Sedangkan pada jagung hibrida varietas yang diamati adalah varietas Bima-4, Bima-5, Bima-19.
Pada varietas Bisma dapat dilihat bahwa tetua jantan lebih tinggi dibanding tetua betina. Sedangkan pada varietas jagung manis diperoleh perbedaan yang sama. Pada varietas jagung manis dilakukan pola tanam 3:1 yaitu 3 tetua betina dan 1 tetua jantan.
Pada varietas jagung hibrida yaitu anta Bima-4, Bima-5, dan Bima-19 dapat dilihat bahwa varietas Bima-5 lebih tinggi dibanding yang lainnya. Sedangkan pada varietas Bima-4 dan Bima-19 tinggi serta bentuk morfologi tanamannya cenderung sama. Ini dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan yang ada disekitar area tersebut.  Hal ini sesuai dengan pendapat Kuruseng (2009) yang menyatakan bahwa Pertumbuhan masing-masing varietas menunjukkan perbedaan, hal ini diduga karena perbedaan sifat genetik dan lingkungan tumbuh, perbedaan penampilan dari masing-masing varietas hibrida disebabkan pengaruh genetik dan lingkungan. Di mana pengaruh genetik merupakan pengaruh keturunan yang dimiliki oleh setiap varietas sedangkan pengaruh lingkungan merupakan pengaruh yang ditimbulkan oleh habitat dan kondisi lingkungan.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1.        Teknik budidaya tanaman jagung terdiri dari pembibitan, pengolahan media tanam, teknik penanaman serta pemeliharaan.
2.        Jagung hibrida memiliki produktifitas yang tinggi dibanding jagung komposit. Namun hasil panen jagung hibrida tidak dapat ditanam lagi sedangkan hasil panen jagung komposit dapat digunakan berulang kali sebagai sumber benih.
3.        Jagung komposit merupakan hasil persilangan silang tunggal atau tunggal sedangkan jagung hibrida merupakan hasil persilangan antara dua induk atau lebih yang mempunyai keunggulan.
5.2 Saran
            Adapun saran dalam praktikum ini agar sebaiknya asisten memberitahukan kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan dilapangan agar praktikan bisa menyiapkan apa saja yang akan dibutuhkan.





DAFTAR PUSTAKA
Balitserealia. 2010. Jagung Hibrida Unggul Nasional, 2010 : 6 - 10.
Christina Putri Nidya. 2014. Analisi Pengaruh Jarak Sumber Gelombang Bunyi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.). Universitas Bengkulu: Bengkulu.
Faesal. 2013. Peningkatan Peran Penelitian Tanaman Serealia Menuju Pangan Mandiri. Badan Penelitian Tanaman Serealia.
Iriany Neni, dkk. 2011. Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas. Balai Penelitian Tanaman Serealia: Maros.
Mubarakkan, dkk. 2012. Produktivitas dan Mutu Jagung Hibrida Pengembangan dar Jagung Lokal Pada Kondisi Input Rendah Sebagai Sumber Bahan Pakan Ternak Ayam.Volume: 1, Nomor: 1.
Pahlevie Satria. 2009. Pemilihan Tetua untuk Selfing Tanaman dan Tanaman Bersari Bebas Varietas Jagung (Zea Mays L.). Universitas Sumatera Utara: Medan.
Permadi dan Haryati. 2014. Kajian Beberapa Varietas Unggul Jagung Hibrida dalam Mendukung Peningkatan Produktifitas Jagung. 4 (2): 188-194.
Zuraida Nani dan Sutoro. 2009. Pengelolaan Plasma Nutfah Jagung. Balai Besar dan Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian: Bogor.






1 komentar:

  1. Why Online Gambling Is a Scam - Worrione
    In the United States, there are numerous forms of gambling available. There are two types of casino games at the 바카라 사이트 casino: live dealer casino and septcasino baccarat. 인카지노 In

    BalasHapus