Laporan
Praktikum
Pemuliaan
Tanaman
PRAKTIKUM LAPANG
KUNJUNGAN KE KEBUN PERCOBAAN BAJENG
Disusun Oleh
Nama :
Ima Rahima Hidayati
Nim :
G111 14 324
Kelas :
Pemuliaan Tanaman C
Asisten :
Feyrisha Nugrani T
Muh. Naim
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman
jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan
lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan
pada kondisi tanah yang agak kering.
Usaha
peningkatan produktivitas jagung di dalam negeri perlu dilakukan dengan
berbagai cara seperti penggunaan varietas unggul, pemupukan, dan pengaturan
jarak tanam yang baik. Varietas sangat perlu di perhatikan untuk menunjang
peningkatan produksi tanaman jagung. Selain varietas upaya lain yang dapaat
diterapkan untuk meningkatkan produksi tanaman jagung di antaranya memperluas
areal penanaman. Bila berhasil menambah areal baru sampai ratusan ribu hektar
per tahun maka akan terjadi lonjakan produksi jagung secara nyata dalam tingkat
nasional.
Di Indonesia
terdapat dua jenis varietas jagung yang berkembang di tingkat petani. Varietas
tersebut adalah jagung komposit (bersari bebas) dan hibrida. Jagung bersari
bebas yaitu hasil perkawinan silang tunggal atau perkawinan tunggal penghasil
varietas yang memiliki hasil tertinggi. Sedangkan jagung hibrida merupakan
perkawinan antara dua atau lebih induk yang mempunyai keunggulan, yang
merupakan generasi pertamahasil persilangan antara tetua (induk) berupa galur
murni, galur harapan atau bersari bebas.
Secara umum,
jagung hibrida memberikan peluang hasil lebih tinggi dibandingkan jagung
komposit. Namun jagung hibrida hasil produksi berikutnya tidak dapat ditanam
lagi sebagai sumber benih. Sedangkan jagung komposit produksi berikutnya dapat
digunakan lagi sebagai sumber benih.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum lapang pemuliaan tanaman adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
cara budidaya tanaman jagung yang baik dan benar
2. Mengetahui
perbedaan antara jagung komposit dan jagung hibrida
3. Mengetahui
prosedur kerja pembentukan jagung komposit dan jagung hibrida
Kegunaan
dari praktikum lapang pemuliaan tanaman adalah sebagai bahan informasi untuk
praktikan agar dapat membedakan antara jagung komposit dan jagung hibrida.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Teknik Budidaya Tanaman Jagung
Menurut
Mubarakkan (2012) kegiatan pokok teknik budidaya tanaman jagung meliputi:
1.
Pembibitan
a)
Persyaratan Benih
Benih
yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun
fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak tercampur
benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan
penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih
bersertifikat. Pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada
kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih. Penggunaan benih jagung
hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Tetapi jagung
hibrida mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan varietas bersari bebas yaitu
harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapatdigunakan maksimal 2 kali
turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas.
b)
Penyiapan Benih
Benih
dapat diperoleh dari penanaman sendiri yang dipilih dari beberapa tanaman
jagung yang sehat pertumbuhannya. Dari tanaman terpilih, diambil yang tongkolnya besar, barisan biji lurus dan
penuh tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama penyakit.
c)
Pemindahan Benih
Sebelum
benih ditanam, sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti Benlate,
terutama apabila diduga akan ada serangan jamur. Sedangkan bila diduga akan ada
serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam
lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik seperti Furadan 3
G.
2.
Pengolahan
Media Tanam
Pengolahan
tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan kondisi
menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan
aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi
tidak terlalu basah.
a)
Persiapan
Dilakukan
dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang
gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam
15-20 cm, kemudian diratakan.
b)
Pembukaan Lahan
Pengolahan
lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila
perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam
tanah, kemudian dilanjutkan dengan cara pencangkulan dan pengolahan tanah.
c)
Pembentukan Bedengan
Setelah
tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman.
Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada
tanah yang drainasenya jelek.
d)
Pemupukan Saat Pemeliharaan
Apabila
tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka harus
dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada
kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap.
3.
Teknik
Penanaman
a)
Penentuan Pola Tanaman
Dengan
pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang
tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial
ekonomi). Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut:
a.
Tumpang sari (Intercropping), melakukan
penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda).
b.
Tumpang gilir (Multiple Cropping),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor
lain untuk mendapat keuntungan yang maksimum.
c.
Tanaman Bersisipan (Relay Cropping):
pola tanam dengan cara menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain
tanaman pokok.
d.
Tanaman Campuran (Mixed Cropping):
penanaman terdiri atas beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam
maupun larikannya.
b)
Pembuatan Lubang Tanam
Kedalaman
lubang perlu di perhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman
lubang tanam antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak
tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya, tanaman
akan semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas. Jagung berumur
dalam/panjang dengan waktu panen ε 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya
dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur sedang (panen 80-100
hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Sedangkan jagung berumur
pendek (panen < 80 hari), jarak tanamnya 20x50 cm (1 tanaman/lubang).
c)
Cara Penanaman
Pada
jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat juga digunakan
jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman. Tanaman ini tidak
dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan. Pada
waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir berakhir, benih jagung ini
dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman
jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak
tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga 1-2
hari lagi hujan akan turun. Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung
yang dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang
dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih
yang dimasukkan 2 butir benih per lubang.
4.
Pemeliharaan
a)
Penjarangan dan Penyulaman
Dengan penjarangan maka dapat
ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila
dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1,
maka tanaman tersebut harus dikurangi. Penyulaman bertujuan untuk mengganti
benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam.
Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu
penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu
penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.
b)
Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk
membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan 2
minggu sekali.
c)
Pembubunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan
dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga
tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar di atas permukaan
tanah karena adanya aerasi.
d)
Pengairan
dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan
penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab. Pengairan berikutnya
diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar tanaman tidak layu. Namun
menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu
dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
e)
Waktu Penyemprotan Pestisida
Penggunaan
pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat
membahayakan proses produksi jagung. Pelaksanaan penyemprotan hendaknya
memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang
menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.
2.2 Deskripsi
2.2.1 Komposit
Varietas jagung
komposit diperoleh melalui serangkaian penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan varietas unggul sesuai dengan sifat-sifat yang diinginkan, seperti
potensi hasil tinggi, umur genjah, tahan terhadap tekanan biotik dan abiotik.
Jagung komposit ini dapat dibudidayakan pada lingkungan tumbuh yang beragam dan
sekitar 80% diantaranya ditanami varietas unggul yang terdiri atas 56% jagung
komposit (bersari bebas) dan 24% hibrida, sedang sisanya varietas lokal,
sehingga dari data tersebut sebahagian besar petani masih menggunakan benih
jagung bersari bebas (Iriany, dkk, 2011).
Pembentukan
varietas komposit dilakukan dengan seleksi saudara kandung (full-sib), saudara
tiri (half-sib), dan persilangan dalam (selfing). Contoh varietas jagung
komposit adalah bogor harapan, Bisma, bogor composit 2, BBMR 4, dan wonosobo
(Christina Putri, 2014).
Varietas
komposit dibentuk dari galur, populasi, dan atau varietas yang tidak dilakukan
uji daya gabung terlebih dahulu. Sebagian bahan untuk pembentukan komposit
berasal dari galur dan varietas. Varietas atau hibirida dapat dimasukkan ke
dalam komposit yang telah ada (Iriany, 2011).
Tahapan
pembentukan komposit adalah sebagai berikut: (a) masing-masing bahan penyusun
digunakan sebagai induk betina, (b) induk jantannya campuran dari sebagian atau
seluruh bahan penyusun, dan (c) diadakan seleksi dari generasi ke generasi
(Iriany, 2011).
Tanaman jagung
termasuk tanaman menyerbuk silang dan peluang menyerbuk sendiri kurang dari 5%,
sehingga tanaman mendapat serbuk sari dari tanaman jagung yang ada di
sekitarnya. Tepung sari dapat diterbangkan sampai ratusan meter, bergantung
pada kecepatan angin. Karakteristik ini membuka peluang bagi tanaman jagung
untuk dapat membentuk komposit atau sintetik dari plasma nutfah terpilih.
Varietas Arjuna yang berasal dari Thai Composite Early DMR merupakan campuran
dari 37 plasma nutfah yang tersebar dari beberapa kontinen. Bogor Pool 4
merupakan komposit dari plasma nutfah umur dalam yang disilangkan dengan Suwan
1. Bogor Pool 4 adalah sumber populasi dari varietas Kalingga dan Bisma. Plasma
nutfah bahan penyusun komposit mempunyai karakter yang berbeda dalam banyak
hal, seperti warna rambut (merah, pink, dan putih). Demikian pula warna anther,
sehingga dapat dimengerti bahwa varietas komposit nampak tidak seragam. Jagung
komposit dan sintetik dapat digunakan sebagai populasi dasar dalam pembentukan
varietas baru. Keragaman jagung komposit genetik lebih luas daripada jagung
sintetik (Iriany Neni, 2009).
Menurut Balai
Penelitian Tanaman Serealia (2010) salah satu jenis jagung komposit adalah varietas
jagung Bisma. Adapun deskripsi dari varietas jagung komposit Bisma yaitu:
Tanggal dilepas : 4 September 1995
Asal : Persilangan Pool 4
dengan bahan introduksi disertai seleksi massa selama 5 generasi
Umur :
50% keluar rambut : + 60 hari Panen : + 96 hari
Batang :
Tegap, tinggi sedang (+ 190 cm)
Daun :
Panjang dan lebar
Warna daun : Hijau tua Perakaran : Baik
Kerebahan : Tahan rebah
Tongkol :
Besar dan silindris
Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah-tengah batang
Kelobot :
Menutup tongkol dengan cukup baik (+ 95%)
Tipe biji : Semi mutiara (semi flint)
Warna biji : Kuning
Baris biji : Lurus dan rapat
Jumlah baris/tongkol : 12 - 18 baris
Bobot 1000 biji : + 307 g
Warna janggel : Kebanyakan putih (+ 98 cm)
Rata-rata hasil : + 5,7 t/ha pipilan kering
Potensi hasil : 7,0 - 7,5 t/ha pipilan kering
Ketahanan : Tahan penyakit karat dan bercak daun
Keterangan : Baik untuk dataran rendah sampai ketinggian 500 m
dpl.
Pemulia :
Subandi, Rudy Setyono, A. Sudjana, dan Hadiatmi.
2.2.2
Hibrida
Varietas hibrida
merupakan generasi pertama hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida.
Varietas hibrida dapat dibentuk pada tanaman menyerbuk sendiri maupun menyerbuk
silang. Jagung merupakan tanaman pertama yang dibentuk menghasilkan varietas
hibrida secara komersial, dan telah berkembang di Amerika Serikat sejak 1930-an
(Hallauer and Miranda 1987 dalam Faesal, 2013).
Pemanfaatan
plasma nutfah untuk menghasilkan jagung hibrida belum intensif. Sistem produksi
benih hibrida yang sangat komplek dan petani juga harus membeli benih dengan
harga yang mahal untuk setiap kali tanam juga merupakan salah satu faktor
penghambat pengembangan jagung hibrida pada periode 1950-1980-an. Oleh karena
itu, pemuliaan jagung lebih banyak diarahkan pada pembentukan varietas bersari
bebas. Sejak akhir 1980-an pemerintah memberikan perhatian yang terhadap
pengembangan jagung hibrida. Beberapa jagung hibrida yang dihasilkan oleh
swasta telah berkembang di lahan petani. Pada tahun 1992, Badan Litbang
Pertanian melepas jagung hibrida varietas Semar-1 (Subandi, 1987 dalam Zuraida
Nani, 2009).
Hibrida di buat
dengan mempersilangkan dua inbrida yang unggul. Karena itu pembuatan inbrid
unggul merupakan langkah pertama pembuatan hibrida. Varietas hibrida memberikan
hasil yang lebih tinggi daripada varietas bersari bebas karena hibrida
menggabungkan gen-gen dominan karakter yang diinginkan dari galur penyusunnya,
dan hibrida mampu memanfaatkan gen aditif dan non aditif. Varietas hibrida
memberikan keuntungan yang lebih tinggi bila di tanam pada lahan produktivitas
tinggi (Kartasapoetra, 1988 dalam Pahlevie, 2009).
Produktivitas
varietas unggul jagung masing-masing ditentukan oleh faktor genetik dan
lingkungan tumbuh. Varietas Bima-4 mempunyai potensi hasil sangat tinggi dan stay
green, varietas ini memiliki biomasa yang tinggi selain dapat dipanen untuk
menghasilkan biji sebagai pakan ternak ayam, juga dapat digunakan baik sebagai
pakan hijauan maupun untuk silage melaui fermentasi. Varietas Bima-5 dan Bima-6
memiliki stay green dengan potensi hasil dapat mencapai 11 t ha-1 dan
umur masak fisiologis 104 hari (Permadi, 2014).
Dengan
demikian, jagung hibrida tersebut mempunyai peluang untuk dikembangkan di
wilayah kurang subur atau dengan input kurang optimal. Varietas Bima-19, mempunyai
potensi hasil tinggi, toleran kekeringan, tahan rebah akar dan batang serta
dianjurkan tanam pada musimkemarau di lahan sawah atau lahan kering
(Balitserelia, 2010).
2.2.2.1
Bima 4
Menurut Balai
Penelitian Tanaman Serealia (2010) deskripsi varietas jagung Bima-4 adalah
sebagai berikut:
Tanggal dilepas : 31 Oktober 2008
Asal : G 180/Mr14, G 180
dikembangkan dari populasi P5/GM25
Mr-14. Nei 9008 dikembangkan dari populasi Suwan 3
Umur :
Berumur dalam
50%
keluar pollen : + 59 hari
50%
keluar rambut : + 57 hari
Masak fisiologis : + 102 hari
Batang :
Sedang dan tegap Warna batang : Hijau
Tinggi tanaman : + 212 cm
Jumlah daun : –
Keragaman tanaman : Seragam
Perakaran : Sangat baik
Bentuk malai : Kompak
Warna malai : Krem
Warna sekam : -
Warna anthera : Krem
Warna rambut : Krem
Tongkol :
Besar dan panjang (+ 20 cm)
Bentuk tongkol : Silindris
Kedudukan tongkol : + 116 cm
Tipe biji : Mutiara (flint)
Baris biji : Lurus
Warna biji : Jingga
Jumlah baris/tongkol : 12 – 14 baris
Bobot 1000 biji : + 265,6 g
Rata-rata hasil : 9,6 t/ha pipilan kering
Potensi hasil : 11,7 t/ha pipilan kering
Kandungan karbohidrat: 52,87%
Kandungan protein : 13,02%
Kandungan lemak : 4,87%
Ketahanan : Peka bulai, tahan terhadap penyakit karat dan
bercak daun
Keunggulan : Cepat panen, hasil panen
tinggi tidak mudah rontok,l umur berbunga lebih cepat
Keterangan : Adaptasi luas
Pemulia :
Awaluddin Hipi, Andi Haris, Andi Tenri Rawe
Teknisi : Sampara, Arifuddin,
Fransikus Misi, Stepanus Misi, Usman, Yosepina, M. Rasyid Ridho
Pengusul :
Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
2.2.2.2
Bima-5
Menurut Balai
Penelitian Tanaman Serealia (2010) deskripsi varietas jagung Bima-5 adalah
sebagai berikut:
Tanggal dilepas : 31 Oktober 2008
Asal : G 180/Mr14, G 193
dikembangkan dari populasi P5/GM25 Mr-14. Nei 9008 dikembangkan dari populasi
Suwan 3
Umur :
Berumur dalam
50%
keluar pollen : + 60 hari
50%
keluar rambut : + 58 hari
Masak fisiologis : + 103 hari
Batang : Sedang dan tegap
Warna batang : Hijau
Tinggi tanaman : + 204 cm
Jumlah daun : –
Keragaman tanaman : Seragam
Perakaran : Sangat baik
Bentuk malai : Kompak
Warna malai : Krem
Warna sekam : krem
Warna anthera : Krem
Warna rambut : Krem
Tongkol :
Besar dan panjang (+ 18,2 cm)
Bentuk tongkol : Silindris
Kedudukan tongkol : + 115 cm
Kelobot :
Menutup dengan baik
Tipe biji : Setengah mutiara (Semi flint)
Baris biji : Lurus Warna biji : Jingga
Jumlah baris/tongkol : 12 – 14 baris
Bobot 1000 biji : + 270 g
Rata-rata hasil : 9,3 t/ha pipilan kering
Potensi hasil : 11,4 t/ha pipilan kering
Kandungan karbohidrat : 59,07%
Kandungan protein : 11,09%
Kandungan lemak : 4,13%
Ketahanan : Peka bulai,
tahan terhadap penyakit karat dan bercak daun
Keunggulan : Potensi hasil tinggi, stay green
Keterangan : Adaptasi luas
Peneliti : Awaluddin
Hipi, Andi Haris, Andi Tenri Rawe, Surtikanti, Syahrir Pakki, Said Kontong
Teknisi : Sampara,
Arifuddin, Fransikus Misi, Stepanus Misi, Usman, Yosepina, M. Rasyid Ridho
Pengusul :
Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
2.2.2.3
Bima-19
Menurut Balai Penelitian
Tanaman Serealia (2015) deskripsi varietas jagung Bima-19 adalah sebagai
berikut:
Tanaman : golongan hibrida silang tiga jalur
(Three Way Cross)
Umur : Berumur sedang
Umur
50% keluar pollen : ±56 hst
Umur
50% keluar rambut ±58 hst
Umur
masak fisiologis : ±102 hst,
Tinggi : ±213 cm,
Keseragaman tanaman: seragam, tahan
rebah, perakaran kuat
Batang :
bentuk bulat, warna hijau
Tongkol :
tinggi ±108 cm
Penutupan tongkol : menutup agak ketat
Daun :
lebar dan semi tegak, warna hijau
Bentuk
malai : kerapatan bulir
jarang dengan tipe percabangan yang agak bengkok
Warna sekam (glume) : hijau dengan
antosianin sangat ringan
Warna malai (anther) : kuning muda dengan semburan jingga (orange)
Warna rambut (silk) : hijau kekuningan (Green Yellow)
Tipe
biji : semi mutiara
(semi flint) , warna kuning jingga (Yellow Orange)
Jumlah baris biji per tongkol : 14- 16
baris,
Bobot 1000 butir : ±343 gram;
Sifat-sifat
Khusus : potensi hasil tinggi (12,5
ton/ha pipilan kering pada KA 15%),
Rata-rata hasil : ±9,3 ton/ha pipilan kering pada KA 15%,
Kandungan karbohidrat : ±58,60%,
Kandungan protein : ±15,41%,
Kandungan lemak : ±11,98%,
Ketahanan
terhadap hama : tahan terhadap
penyakit bulai (Peronosclerospora maydis) , penyakit karat daun (Puccinia
sorghi) , dan penyakit hawar daun (Helminthosporium maydis) , toleran
kekeringan, tahan tebah akar dan batang, dianjurkan ditanam pada musim kemarau
di lahan sawah atau lahan kering.
Pemulia : Muhammad Azrai, A.
Takdir Makkulawu, R. Neni Iriany, Aviv Andriani, Muzdalifah Isnaini, Roy
Effendy, M. Idiris, Sampara
Pengusul :
Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 November 2015 pukul 09.30-12.00 WITA di Kebun
Percobaan Bajeng, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Makassar.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu jagung komposit yang terdiri dari
jagung Bisma dan jagung manis serta jagung hibrida terdiri dari Bima-4, Bima-5,
dan Bima-19. Adapun alat yang digunakan yaitu kamera serta alat tulis-menulis.
3.3 Parameter Pengamatan
Parameter
pengamatan dalam praktikum ini antara lain :
1. Mengamati
beberapa varietas jagung hibrida yaitu Bima-4, Bima-5, dan Bima-19 serta jagung
komposit yaitu Bisma dan jagung manis
2. Mengamati
tetua jantan dan tetua betina dari jagung hibrida dan jagung komposit
3. Mengambil
gambar tetua jantan dan tetua betina dari varietas jagung hibrida dan komposit
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
A. Varietas Jagung Hibrida
1.
Bima-19 2.
Bima-4
Sumber
data: diolah tahun 2015
3. Bima-5
Sumber data:
Diolah Tahun 2015
B.
Varietas
Jagung Komposit
1.
Bisma
Tetua
Jantan Tetua Betina
2.
Jagung
Manis
Tetua Jantan dan
Tetua Betina
4.2
Pembahasan
Pada
praktikum lapang pengamatan yang dilakukan yaitu membedakan antara varietas
jagung komposit dan hibrida. Kemudian dibedakan antara asal tetua jantan dan
betina beberapa varietas tersebut. Adapun varietas jagung komposit yang diamati
di lapangan yaitu varietas Bisma dan jagung manis. Sedangkan pada jagung
hibrida varietas yang diamati adalah varietas Bima-4, Bima-5, Bima-19.
Pada
varietas Bisma dapat dilihat bahwa tetua jantan lebih tinggi dibanding tetua
betina. Sedangkan pada varietas jagung manis diperoleh perbedaan yang sama.
Pada varietas jagung manis dilakukan pola tanam 3:1 yaitu 3 tetua betina dan 1
tetua jantan.
Pada
varietas jagung hibrida yaitu anta Bima-4, Bima-5, dan Bima-19 dapat dilihat
bahwa varietas Bima-5 lebih tinggi dibanding yang lainnya. Sedangkan pada
varietas Bima-4 dan Bima-19 tinggi serta bentuk morfologi tanamannya cenderung
sama. Ini dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan yang ada
disekitar area tersebut. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kuruseng (2009) yang menyatakan bahwa Pertumbuhan masing-masing
varietas menunjukkan perbedaan, hal ini diduga karena perbedaan sifat genetik
dan lingkungan tumbuh, perbedaan penampilan dari masing-masing varietas hibrida
disebabkan pengaruh genetik dan lingkungan. Di mana pengaruh genetik merupakan
pengaruh keturunan yang dimiliki oleh setiap varietas sedangkan pengaruh
lingkungan merupakan pengaruh yang ditimbulkan oleh habitat dan kondisi
lingkungan.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Teknik budidaya tanaman jagung terdiri
dari pembibitan, pengolahan media tanam, teknik penanaman serta pemeliharaan.
2.
Jagung hibrida memiliki produktifitas
yang tinggi dibanding jagung komposit. Namun hasil panen jagung hibrida tidak
dapat ditanam lagi sedangkan hasil panen jagung komposit dapat digunakan
berulang kali sebagai sumber benih.
3.
Jagung komposit merupakan hasil
persilangan silang tunggal atau tunggal sedangkan jagung hibrida merupakan
hasil persilangan antara dua induk atau lebih yang mempunyai keunggulan.
5.2 Saran
Adapun saran dalam praktikum ini
agar sebaiknya asisten memberitahukan kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan
dilapangan agar praktikan bisa menyiapkan apa saja yang akan dibutuhkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Balitserealia.
2010. Jagung Hibrida Unggul Nasional,
2010 : 6 - 10.
Christina Putri Nidya. 2014. Analisi Pengaruh Jarak Sumber Gelombang
Bunyi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.). Universitas
Bengkulu: Bengkulu.
Faesal. 2013. Peningkatan Peran Penelitian Tanaman Serealia Menuju Pangan Mandiri. Badan
Penelitian Tanaman Serealia.
Iriany Neni, dkk. 2011. Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari
Bebas. Balai Penelitian Tanaman Serealia: Maros.
Mubarakkan, dkk. 2012. Produktivitas dan Mutu Jagung Hibrida
Pengembangan dar Jagung Lokal Pada Kondisi Input Rendah Sebagai Sumber Bahan
Pakan Ternak Ayam.Volume: 1, Nomor: 1.
Pahlevie
Satria. 2009. Pemilihan Tetua untuk
Selfing Tanaman dan Tanaman Bersari Bebas Varietas Jagung (Zea Mays L.).
Universitas Sumatera Utara: Medan.
Permadi
dan Haryati. 2014. Kajian Beberapa
Varietas Unggul Jagung Hibrida dalam Mendukung Peningkatan Produktifitas
Jagung. 4 (2): 188-194.
Zuraida
Nani dan Sutoro. 2009. Pengelolaan Plasma
Nutfah Jagung. Balai Besar dan Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya
Genetik Pertanian: Bogor.